Kamis, 29 Desember 2016

Setiap hari..

Setiap hari..
seiring dengan arah jarum jam yang terus berputar ke kanan, seiring dengan matahari terbit lalu tenggelam, seiring dengan hujan dan kemarau yang datang silih berganti, seiring dengan tumbuh dan gugur daun di sudut kota itu..
Seiring dengan semua siklus dan perubahan itu juga perasaan dan hatiku bak terombang-ambing bak ombak samudera Hindia di bulan Desember
Setiap hari..
Kadang kala ada hati yang bingung
Setiap hari..
Kadang kala ada hati yang sesak terisak
Setiap hari..
Kadang kala ada hati yang berharap
Setiap hari..
Kadang kala ada hati yang khawatir
Dan setiap hari juga..
Ada hati yang bersyukur.
.
.

Minggu, 20 Maret 2016

suara gaduh

kepada bintang aku bersaksi bahwa aku telah beradu kepada hati yang tersayat rindu
kepada bulan aku mengadu bahwa hati sedang terhimpit sendu
kepada matahari aku menyanyi syair cinta rintihan goresan hati

Jumat, 22 Mei 2015

satu kali lagi..

Satu kali lagi aku berusaha untuk berpikir positif
Satu kali lagi aku belajar untuk tidak menumpahkan airmataku
Satu kali lagi aku belajar untuk menguasai ego
Satu kali lagi aku belajar untuk kembali berdiri dari jatuh..

Saat ini adalah saat dimana aku bahkan tidak mampu untuk menangis untuk meluapkan emosiku. Hatiku benar-benar terkurung oleh rasa tak berdaya dan memilih menjerit dalam diam lagi. Aku tak kuasa untuk sekedar menjatuhkan setetes airmataku. Aku berusaha untuk menelan lagi pil pahit di hidupku. Aku berusaha lagi untuk belajar mengikhlaskan sesuatu yang kuingin, namun untuk kali ini, hal ini adalah yang paling kudamba sejak dulu.

Kali ini aku belajar, bahwa tidak semua yang sangat kita inginkan bisa menjadi milik kita. Aku belajar bagaimana memaknai kekecewaan atas hal yang paling kuinginkan. Terlalu banyak kata mengapa dalam otakku, dan sekali lagi aku mencoba membunuh semua pertanyaan dan pernyataan di otakku.

Sempat terlintas dibenakku, mengapa dulu di alam rahim aku  menyetujui perjanjianku dengan Rabb untuk menjalani hidupku yang seperti ini? namun aku merasa menjadi manusia paling hina dengan memikirkan itu. Ingin rasanya aku memberontak kepada Rabb dan menanyakan ada apa dibalik semua ini? Namun, aku merasa menjadi manusia paling sia-sia dengan memikirkan itu.

Aku benar-benar berada dititik puncak dari kelelahan hidupku. Aku benar-benar merasa harus pasrah atas apapun yang akan terjadi kedepan. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku tak mampu mengutarakan lagi isi hatiku kepada siapapun. Aku tak dapat menemukan kata-kata apapun untuk berdoa kepada Rabb..

Aku lelah..

Inilah alasan mengapa disaat aku berharap hatiku terasa nyeri tak tertahankan. Aku tak berani untuk berharap lagi. Aku takut untuk berharap.

Disaat aku mencoba membangun kembali harapan dan perlahan harapan itu akan menusukku dari belakang. Hatiku meringis kesakitan.

Mulai saat ini aku hanya akan membiarkan setiap detik berikutnya menjadi sebuah kejutan. Aku tak ingin berharap lebih dari apapun. Aku hanya takut ketika aku berharap kembali, saat itu juga mereka menamparku dengan kekecewaan..

Selasa, 28 April 2015

say YES to adventure!

Aku selalu menyukai memandang langit, entah itu saat dimalam hari atau siang hari, dan kemudian menarik nafasku dalam-dalam lalu memejamkan mata sembari tersenyum. 

AH, Tuhanku memang maha sempurna, 
Dia ciptakan langit sebagai atap dan bumi sebagai lantai, tempat aku dan milyaran makhluk lain berpetualang. 

Dan, aku menyukai bertualang dari satu tempat ke tempat lainnya. memandang langit yang sama di tempat yang berbeda, itulah definisi kebahagiaan yang sederhana untukku. Entah kudapatkan darimana jiwa berpetualang ini, dari ibu atau dari bapak. Aku bersyukur untuk itu, selalu ada euforia di hati ini ketika aku menginjakkan kaki di tempat baru.

Aku seorang yang phobia terhadap ketinggian tetapi juga penyuka sesuatu yang memacu adrenaline, aku juga tidak tahu aku mewarisi jiwa siapa untuk yang satu ini. Aku bisa sangat kalem ketika naik sebuah perahu ditengah ombak yang sedang tinggi.  Banyak hal  yang memacu adrenaline yang ingin kucoba, seperti bungee jumping, paralayang, atau terjun payung. Aku seorang pecandu adrenaline. 

Semuanya bisa aku lewati karena keyakinan. Keyakinan bahwa Rabb-ku akan menjaga ketika aku mempercayakan semua kepada-Nya. Aku berani karena aku percaya adanya Tuhanku.  

Begitu juga kesulitan yang aku lewati beberapa tahun belakangan ini. Awalnya aku selalu mengeluh kesulitan, tapi pada tahap ini, akhirnya aku mengerti mengapa Rabb-ku memberi jalan yang sedikit berbeda dan lebih jauh dari orang-orang yang kukenal. Aku tak pernah bisa mengatakannya lewat kata-kata, tapi aku pahami dengan hati bahwa inilah yang dinamakan proses penyempurnaan oleh-Nya.

Aku adalah orang yang munafik jika aku berkata tak pernah protes terhadap keadaan. Aku selalu berupaya untuk tidak mengungkapkan kontra di hatiku, tapi aku tau, Tuhan itu maha mendengar walaupun itu jeritan dalam diam yang berasal dari lubuk hati paling dalam.

Ada saatnya aku menangis tiba-tiba karena aku merasa tak mampu untuk mengungkapkan isi hati, bingung untuk berkata-kata, dan tak tau harus menjelaskan isi hati. Yang bisa aku katakan hanyalah "Ampun Ya Rabb.."

Bukan hanya karena aku merasa dosaku yang bertumpuk, tapi karena aku merasa tidak pantas untuk protes terhadap apa yang sudah digariskan-Nya. 

Aku tak pernah tahu dimana ujung dari terowongan gelap dan dingin yang sedang kulewati ini, tapi aku telah menemukan dan melihat setitik cahaya didepan sana. Aku hanya harus terus berjalan ke arah cahaya itu dengan kepercayaan yang sama terhadap-Nya.

Aku dilahirkan untuk berpetualang, dan itulah mengapa jalanku sedikit lebih jauh dari orang-orang yang kukenal. Tuhan memberiku kesempatan untuk melihat langit di setiap sudut dan berpetualang dibanyak tempat sebelum akhirnya aku sampai di tujuan. Dan aku melihat disitulah kasih sayang tak terbatas yang diberikan-Nya.

Kelak, akan banyak kisah yang akan kututurkan dengan bangga kepada siapa saja. Aku akan bangga menunjukkan bekas luka yang kudapat ketika berpetualang di Bumi Tuhan ini.
Kelak aku ingin menggambar jejak tangis yang menuntunku sampai ke puncak teratas di hidupku. 

Terimakasih atas segalanya, hingga detik ini aku tetap mempercayakan jalan dan harapanku kepada-Mu.
Izinkan aku untuk menikmati indahnya bangunan kuno di benua Biru, menari di Atap dunia, memotret keeksotisan dari benua merah, berlari bersama cheetah di savana benua Afrika, dan berburu bersama suku Aborigin di benua Australia..
Izinkan aku berpetualang dengan nafas yang lebih lega dan perasaan yang lebih lapang lagi, Ya Rabb..



Rabu, 10 Desember 2014

sebuah tulisan sederhana untuk dia yang luar biasa

5 november 2014,
Sudah satu bulan lima hari kau meninggalkan kami untuk menghadap Ilahi.

Selasa, 11 November 2014

deustchland

Kali ini logikaku tak mampu mencerna kalimat yang dibuat oleh otakku sendiri. Bahkan, hati pun tak mampu untuk menolaknya. Apa yang terjadi? Mengapa hal ini mampu membuat hati dan logika kompak untuk mempertahankan?

Kurasa ada sesuatu hal jahat yang mempengaruhi diri ini, apa itu? Mungkin saja pengaruh itu disebut dengan ego. Ego yang telah dicoba berkali-kali diredam dan berkali-kali juga dia berusaha memperkosa logika. Yang terjadi hanyalah ketidakberdayaan untuk melepas walaupun dengan segala keberanian aku mencobanya.

Aku, hanyalah sepotong daging yang disempurnakan dengan nyawa dan akal. Aku tak mungkin lepas dari perputaran takdir yang digerakkan Tuhan.  Dan aku juga bukan makhluk Tuhan yang seutuhnya bisa menuruti dan menerima sepenuhnya titah Tuhan. Imanku belum mampu menguasai sepenuhnya logika dan hati.

Ambisi. Itulah nama pemberontak dihati dan logikaku. Semakin aku berusaha menghindar, semakin ia mengepung dan menyiksa bathinku. Kadang aku berpikir, untuk apa mempunyai ambisi besar namun tak pernah didukung oleh pendukung utama dikehidupanku?

Terlintas tanya, bukankah ambisi ini Tuhan juga yang mencipta dan membuat sarangnya dihatiku? Tapi mengapa jalan yang diberi itu terasa buntu? Apakah ambisi ini akan terwujud sebelum waktu perjanjianku menemui Tuhan akan ditepati? Kalaupun takdir itu mengatakan aku tak bisa mencapainya karena aku telah dipanggil-Nya, aku hanya bisa berharap Malaikat Israil berbaik hati untuk menunda tugasnya menjemputku hingga tunai sudah ambisi terbesarku nanti.


Selasa, 14 Oktober 2014

19

Hari ini, ketika aku menulis postingan ini, adalah satu hari sebelum hari pertambahan usiaku atau mungkin ini hari berkurangnya jatah hidup di dunia yang fana ini.

Aku hanyalah seorang anak dari kedua orang tua yang terhebat,
Aku hanyalah seorang saudara perempuan dari dua orang saudara terbaikku,
Dan yang pasti aku hanyalah seorang Hamba Tuhan yang jauh dari kata sempurna..